Aku melangkah lunglai menapaki halaman rumahku, aku sudah biasa menduga apa yang akan terjadi didalam rumah nanti.kehidupanku seperti dibatasi sebuah kotak kecil, yang mamaksa aku dan seisi serumahku ini tak bisa melakukan apapun diluar kotak itu.Kalian pikir kotak itu rumah kami?sekilas memang benar, tapi entahlah untukku.Itu hanya perumpamaan konyolku, hanya pemikiran saat aku melewati jajaran bunga tulip milik ibuku yang sudah bermekaran, sepertinya ibu suka dengan negeri Belanda.Kenapa aku harus memikirkan kenangan ibuku, aku ini sedang dalam masalah, masalah yang aku sendiri tidak tahu seberapa ukuran masalahnya.Apakah sekecil debu yang tertiup angin dan menimpa wajah jerawatku, dan itu akan menambah tumpukan gunung diwajah tirusku.Ataukah sebesar bola basket yang meluncur tepat mengenai wajahku sekarang.Sekarang?Darimana asal bola ini?Akh, terasa sakit seluruh wajahku, aku membayangkan wajahku berlumuran lahar jerawat yang pecah akibat tekanan bola basket itu.Kukepalkan kedua tanganku, aku marah.Langkah kupercepat, sampai suara langkahku terdengar begitu jelas, keteplak...keteplok...keteplak...keteplok.
“Ayah pelit!!!”Itu teriakan pertama yang kudengar dari dalam rumah.Teriakan amarah adikku, dia melempar bola basketnya sekali lagi kearah jendela.PRANG!!!!Ayah berjalan sambil mengerang, Akh, aku harus bagaimana?Aku tak tahu awal permasalahannya.Satu tamparan sudah mendarat dipipi adikku.Aku tidak tahu menahu, adiku berlari keluar menghentakkan pintu lumayan keras.BRAAAAK!!!!!
“Kurang ajar kamu Dit!!!!”Itu hinaan untuk adiku dari Ayah yang berteriak dari dalam rumah.Aku tutup mulutku dengan satu telunjuk tangan kananku, itu isyarat ‘Jangan berisik, malu sama tetangga!’.Kulanjutkan langkahku menuju kamarku, tak kupedulikan ayahku yang masih saja berteriak-teriak pada Adit yang sudah pergi dari rumah, begitupun kaca jendela depan yang pecah akibat bola basketku, tapi bukan aku yang melakukannya, Ok!!!!menyebalkan, , , ,
8 Agustus, 2006
Seoperti biasa. . . . . .Membosankan!!!!
Keesokannya, situasi kembali normal.Ayah sudah melakukan aktifitas seperti biasanya, membaca surat kabar dimeja makan, ditemani secangkir kopi buatan Ibu, ayah tak suka kopi pahit.Sedangkan Ibu sibuk membolak-balikan roti bakar cokelat, itu sarapan kesukaan Adit.Adit?Adit sudah balik ke rumah?Kenapa aku tidak tahu?Kapan dia datang?Padahal aku tidur cukup larut karena harus mengerjakan tugas biologi.Aku yakin, suasana ini tak akan berlangsung lama jika Adit keluar kamar nanti.
“Pagi semuanya!!!”Sapaku, duduk dikursi sebelah kanan Ayah, aku minum segelas susu kental yang ditambah madu itu, uhm, , ,sedikit membangkitkan semangat.
“Hemmm.”Itu hanya jawaban Ayah, tanpa mengalihkan pandangan pada surat kabarnya, kulihat halaman belakang surat kabar itu, ada satu kolom yang mebuatku geleng-geleng kepala.’KETIK : REG (SPASI) UNTUNG’ .Andai itu benar, aku akan ikut daftar, agar kehidupanku selalu beruntung seperti tokoh Ashley yang diperintahkan Lindsay Louhan dalam film ‘Just My Luck’ .Tapi keberuntungannya akan berpindah pada orang yang diciumnya.Tapi kalau seperti itu, aku tak usah takut, karena dengan siapa aku berciuman.Aku belum punya pacar.Akh, itu Adit sudah keluar kamar, kusut sekali, dia masih mengenakan baju kemarin malam, pasti belum mandi.adit berjalan menuju meja makan, ia duduk disebelahku.
“Hai Kak,semalam ngapain aja?”Dia menguap,”Gak biasanya lampu kamarmu masih menyala sampai jam 1-an gitu?”Adit meminum susu maduku, sampai habis.
“Dia itu belajar semalaman!”Celetuk Ayah, meneguk kopinya sampai habis.Kudengar Ayah memberi penekanan pada kata ‘belajar’.Entah apa maksudnya, tapi perkataannya membuat suasana hangat dipagi itu menjadi mendidih.
“Masih ingat rumah?”lanjut Ayah, untuk Adit kah pertanyaan itu?Ibu meletakkan roti bakarnya tepat didepan Adit yang sedang mengelus dada.
“Apa aku sudah gak diterima lagi dirumah ini?”Adit menghentakan tangan kanannya ke meja cukup keras, perang dimulai.
“Menurut kamu?”Ayah semakin menantang, keliatannya Ibu tak mau ikut-ikutan, ia memilih membersihkan ruang kerjanya yang kotor, apalagi kalau bukan dapur.Sedangkan aku, aku tetap ditempat, mengunyah sedikit demi sedikit roti selai kacangku yang baru selesai kubuat, cukup enak.
“Kurasa , jawabannya sudah ada!”Adit berdiri, lalu bergegas meninggalkan meja makan.Dia mau kaburlagi?Siapa yang aakan menjadi teman main PS-ku?
“Kamu mau kemana Dit?”Tanyaku, ikut berdiri, Adit menoleh ke arahku.ia tetap diam ditempat.Ayah melirik padaku, aku tak peduli.
“Gak ada lagi suara gaduh dikamar bawah, gak ada suara gas motor yang cempreng, gak ada teriakan ‘roti bakarnya mana??’, dan gak ada aroma kecut tiap pulang sekolah!”Adit membalikan tubuhnya.Aku menghampirinya sambil memegang roti selaiku, harus dihabiskan.
“Aku gak peduli itu, tapi aku harap emang gak ada.Tapi aku gak mau kehilangan lawan main PS-ku.”Tuturku, kupeluk adikku yang masih bau keringat, aku harus mandi lagi.
“Tapi aku harus pergi!”Adit melepaskan pelukakanku.Hey, aku baru sekali ini memeluk adikku, dan jangan anggap aku gay, OK?
“Pergi kemana kamu?”Ayah menenutup surat kabarnya, lalu tubuhnyanya ia senderkan di punggung kursi.sepertinya Adit tak menggubris pertanyaan ayah, dan juga roti selai bikinan Ibu.Ia pergi lagi keluar rumah, kabur isitilahnya?Aku kejar adikku, tapi tak terkejar.Larinya cepat banget, aku hamper jatuh.Aku tak lihat lagi sosok Adit, dia hilang ditengah keheningan suasana pagi.Aku kembali masuk rumah, tujuanku ingin mencari kejelasan, aku gak tahu apa-apa soal ini semua.
“Aku gak ngerti dengan kalian!!!”Aku sedikit membentak saat masuk rumah, itu untuk ayah.
“Kupikir kamu juga gak perlu tahu!”Jawab Ayah
“Aku ingin tahu!!”
“Adit ingin mengikuti Touring, dan Ayah larang.”Ayah beranjak meninggalkanku yang sedikit kaget, oh kaget banget atas jawabanya.Sepele banget, aku cepat-cepat mengejar ayahku, mencari kejelasan atas semua ini.
“Kenapa ayah larang, hos,,,hos,,,?”Aku capek dua kali berlarian, bajuku bagian belakang basah karena keringat, satu demi satu biang keringat bermunculan dipunggungku, gatal.
“Ayah tidak ingin terjadi sesuatu menimpa Adit, dan kamu.”Lanjut Ayah.Apa maksudnya denag aku?Semakin gak jelas.
“Maksud Ayah apa?”
“Adit ingin memakai motormu untuk mengikuti Touring itu.Ayah tahu persis, kamu sangat tidak menginginkan motormu cacat sedikitpun, walaupun cuman tergores.”Ayah menjelaskan lalasannya.O my Gosh!!!Jadi itu penyebabnya.Aku gak sempat berpikir lagi, waktu udah nunjukin pukul 7.45 ,aku harus berangkat sekolah dengan pikiran yang kubawa dari rumah, semoga tak mengganggu konsentrasi belajarku.
“Makasih ya To!!”Kututup sambungan telpon dengan Toto, teman sebangku Adit disekolahnya.Aku beda sekolah dengan Adit, dia lebih suka masuk SMK, dengan pilihan jurusan otomotif.Terik matahari merangsang kelenjar keringatku mengeluarkan cairan yang akan menimbulkan bau yang tak sedap ditubuhku, tapi aku tak memikirkan itu.Aku harus cepat-cepat sampai ke suatu tempat.Kunyalakan mesin motor, aku harap motorku gak ngadat, aku ingin cepat-cepat kesana.
Tempat ini asing buatku, pertama kali aku ke tempat ini, kesanku hanyalah ‘sunyi’.Kenapa baru sekarang aku tahu kalau ada tempat seperti ini, susah banget nyari tempat kayak gini, cocok banget buat ngapa-ngapain.(ups, jangan berpikir kotor ywa!!!).Hanya hamparan rumput yang hijau, yang ditumbuhi bunga-bunga liar yang cukup banyak, sepertinya dandelion.Angin sore berhembus menerbangkan bulir-bulir bibit dandelion, goresan lembut warna jingga tampak disebelah barat,sedikit memantulkan cahayanya diatas riak sungai yang jernih.Aku terhanyut dalam suasana tempat ini, sampai melupakan tujuanku ke tempat ini.Segera kusadarkan diriku, aku mencari seseorang disini.Kuperhatikan setiap sudut, di sisi sungai, dibawah pohon cemara itu ada seorang yang sedang duduk memeluk kakinya, sambil melihat ke arah sunset.Itu orang yang kutuju, kulangkahkan kaki dengan cepat, aku menghampirinya.
“Rupanya kamu disini.”Aku menepukan tanganku dipunggung Adit, Adit menoleh ke arahku, dia kaget.Aku tersenyum, lalu kupindahkan posisi tubuhku ke samping kanannya, aku duduk dan menghadap sunset juga.
“Kakak tau aku disini dari siapa?”Adit melemparkan tiga buah kerikil kecil kedalam sungai, aku menghembuskan napas, udaranya sejuk.Adit masih memandang sunset.
“Anto.”Jawabku singkat, aku gak mau menyia-nyiakan tempat ini begitu saja, aku benar-benar terkagum dengan suasananya.
“heh, Anto, , ,”Tangannya kembali memeluk kedua kakinya yang ditekuk.Aku baringkan tubuhku direrumputan, kulihat ada beberapa bintang yang bersinar,kupikir itu satelit yang diceritakan di novel be more chill.
“Hebat banget kamu, bisa dapet tempat kayak gini, gak ngasih tau aku.”
“Untuk apa?”
Kamu kan tahu aku suka pemandangan alam.”
“Lupa.”
“Lupa, masa?kamu suka ajak pacar kamu kesini ya?dan…”Aku sedikit menggoda Adit, kucolek dagu Adit dengan telunjuk kiriku, Adit menghindar.Aku tertawa terbahak.
“Apaan sih, ngeres nih!”
“hahahahaha..”Aku masih tertawa.Oke, saatnya serius, aku mau adikku cepet pulang.
“Kapan touringnya?”Aku langsung ke inti masalah.Adit mengernyitkan keningnya.
“Gak jadi.”
“Lho, kenapa?”
“Pake motor siapa??”Motorku kan masih dibengkel?”
“Emang motor aku gak bisa ya?”
“Ayah kan gak ngijinin Kak!!”Adit berdiri ditepi sungai, dia gak akan nyebur kan, aku mengikutinya.
“Gak perlu bilang Ayah,”
“besok lusa..”
“Dan janagan sampai lecat!!”aku acungkan satu jari telunjukku sebagai tanda peringatan
“Gak bakalan lecet, paling bodinya pada copot semua!!!”Aku dan Adit tertawa terbahak-bahak dibawah langit sore. . .
Sengaja aku bangun pagi, adit meminta aku bangun pagi untuk menjemputnya di rumah Anto, dia gak pulang, masih marah mungkin sama Ayah, gengsi juga.Hari ini aku akan berangkat touring bareng Adit, ini udah menjadi keputusanku.Segalanya sudah kupersiapkan, tapi ada yang mengganjal, aku hiraukan.Rumah ini masih sepi, situasi ini yang aku inginkan, memang.
“Siap Kak??”Adit udah bersiap-siap, mengenakan jaket kulit dan jeans lusuh, terlihat kepribadiannya yang cuek.
“Kelihatanya?”Aku memerhatikan penampilanku.Adit mengerti akan hal itu.
“Tak apa lah. . .”Adit menggantikanku menyetir, aku gak tau jalan, aku yang dibonceng.Motor melaju dengan kecepatan tinggi, belum pernah aku melakukan ini sebelumnya.Sejuta peer aku tinggalkan, dan pasti akan meninggalkan tulisan Absen di Agenda Kelas.Aku mengukir sejarah dengan adikku, sejarah yang tidak ingin ada adalam hidupku.Aku menikmati saja angin pagi menyapu wajahku yang bertumpuk jerawat disekitar pipi, Adit terlihat senang.Dari kejauhan, terlihat segerombolan, tidak, sekumpulan teman-teman Adit menunggangi, tidak, menaiki motornya, mereka sudah siap.
“Ada anggota baru disini??”Tanya seorang yang memakai kaos oblong dan celana pendek.Apa dia tak akan kepanasan nanti siang?Adit langsung memperkenalkan aku dengan teman-temannya.Sumpah, dunia aku dan adikku berbeda.Aku akan menjadi orang paling tolol selama touring.
“Siap semuanya?”Adit mengkomandoi,semuanya tampak siap.Wajahku tak memperlihatkan seperti itu, adiiku langsung tau.
“Ketinggalan apa Kak??”
“dude,notes aku ketinggalan.”Wajahku langsung panic.Semua teman Adit mentertawakan aku.hello, , ada yang salah denganku?wajar kan aku panic karena tidak membawa notes yang selalu menemaniku.Seperti halnya motor mereka yang selalu ada disamping mereka, atau sekotak bungkus rokok yang tak pernah mereka lupakan.Sama halnya denganku.
“Please kak, cuman notes.”
“penting bagi ku,”
“Aku yakin, otak kaka lebih kuat menampung apa-apa saja yang terjadi selama kita disana.Mulai lah percayakan kemampuan diri sendiri untuk mengatasi semuanya, disana kita dihadapkan pada dunia yang berbeda.”Darimana adikku mendapatkan kata-kata seperti itu??Biasanya aku yang selalu bilang seperti itu sama dia.Itu pembajakkan, aku tidak terima.Akan kutuntut dia sepulang nanti.Tanpa menunggu keputusanku, aku, tidak, kita semua langsung berangkat menuju tempat tujuan, Anyer.
Created by :
L